Beberapa tahun akhir akhir ini banyak para tuna netra yang berprofesi menjadi penyanyi panggung, yang tiba tiba datang naik kepanggung keyboard, menyanyikan beberapa lagu untuk meminta sumbangan dan setelah itu pindah ke panggung lainnya.
Mungkin para sobat Ngamen pun sering melihatnya ketika sedang berada dilokasi sebuah pesta hajatan atau diundang untuk menghadirinya. Saya tidak ingin mengomentari apakah hal tersebut baik atau tidak, namun yang patut disayangkan adalah jika benar hal ini dikoordinir oleh seseorang oknum yang sehat tanpa cacat, sementara mereka yang cacat dimanfaatkan untuk mendapatkan uang. Hal tersebut merupakan tindakan yang biadab taanpa perikemanusiaan.
Selain itu para penyandang disabilitas adalah menjadi tanggung jawab keluarga dan pemerintah. Jika menjumpai orang orang yang seperti ini seharusnya merekalah yang orang pertama yang harus mengurusinya. Jika menjumpai keberadaanya dijalan, bukanlah tempat yang tepat karena tidak tahu apa apa jika tidak ada yang membantu untuk melakukannya.
Bagi kita tidak harus alergi dengan keberadaannya jika berada dijalanan atau di tempat pesta yang notabene adalah tempat bergembira. Jika saat kemunculannya malah biasanya suasana gembira malah menjadi terharu, sedih dan malah mendatangkan iba, hal itu bisa jadi sudah diatur untuk mendapatkan penghasilan. Memberikan sedekah tidak ada salahnya, toh dia tidak memaksakan berapapun yang kita berikan kepadanya.
Fenomena ini seharusnya menjadi cerminan bahwa masih banyak para tuna netra yang perlu mendapatkan sentuhan hati, tidak hanya sekedar memberikan uang saja namun kepedulian kita agar kebiasaan meminta dengan imbalan menyanyi bisa lambat laun ditinggalkan. Masih banyak usaha lainnya yang bisa dilakukan seperti menjadi pemijat, atau perajut berbagai kerajinan rumahan. Dan jika tidak ingin produktif lagi banyak tempat atau yayasan tuna netra yang bisa menampungnya. Para keluarga seharusnya lebih peduli dengan menyayanginya dan tidak malah memanfaatkannya untuk mendapatkan penghasilan,
Advertisement