Ngamen Blog | Akses dan aplikasi internet memberikan cara baru bagi pemusik untuk menyalurkan hasil karya musik yang diciptakannya,
termasuk Eka Gustiwana. Siapakah Eka Gustiwana ? Ingat dengan video parodi Arya Wiguna yang mengutuk perbuatan Eyang
Subur? Atau mungkin video pembawa berita Jeremy Teti yang jadi lagu
unik? Adalah Eka Gustiwana yang membuat video-video viral tersebut.
Produser musik muda ini sering kali dianggap sebagai YouTuber
karena karya-karyanya lebih sering diposting di situs berbagi video
tersebut. Namun siapa sangka, dulunya Eka hanyalah seorang pengamen yang
bernyanyi dari kafe ke kafe kini berhasil menjadi seorang Youtuber dengan musik digital sebagai senjata suksesnya.
Media online disebutnya mempermudah pekerjaan sebagai
pencipta musik yang mengandalkan aneka instrumen digital dan komputer.
Eka pun berbagi tips untuk para pemula yang ingin mencoba merambah
ranah musik, terutama lewat pemanfaatan media internet. Berikut tipsnya :
1. Jangan malu
Banyak orang yang merasa minder dan tidak percaya diri mengunggah karya yang dibuatnya.
Ini menurut Eka merupakan tantangan yang pertama kali harus diatasi.
"Malu
itu tidak ada obatnya, kamu harus sembuh saat ini juga dan mulai
upload," kata Eka. Dia menyebutkan media-media semacam Facebook,
SoundCloud, dan YouTube yang bisa digunakan untuk memajang karya dan
menuai respons dari pengguna internet lain.
Respon ini pun, baik
bersifat positif atau negatif, bisa menjadi input yang berharga buat si
pemilik karya. Sebuah karya yang bagus, menurut Eka, akan populer dengan
sendirinya. Yang mendapat sambutan kurang baik pun selalu dapat manjadi
bahan pembelajaran.
Eka sendiri tidak begitu saja berkiprah
menjadi komposer lagu. Pada masa-masa awalnya dulu, Eka mengaku sering
bekerja "gratisan" alias tanpa bayaran demi membangun reputasi dan
mendapat pengalaman.
"Saya kebetulan tak ada latar belakang
sarjana musik, tapi buktinya saya bisa. Intinya jangan berkecil hati
karena selalu ada jalan," ujar Eka.
2. Harus konsisten
Setiap
ada musisi pemula yang bertanya tentang karir kepadanya, Eka selalu
berpesan agar menjaga konsistensi sebagai pemusik, meskipun sedang
berada dalam keadaan tersulit sekalipun.
"Pada saat 'grafik'
menyentuh titik terendah inilah, banyak yang memutuskan untuk beralih,
ada juga yang bertahan. Kalau berhasil melewati titik ini, biasanya
'grafik' karir itu akan kembali baik dan menjadi lebih baik dari
sebelumnya," kata Eka mengibaratkan perjalanan karir seseorang.
Konsistensi
ini, menurut Eka, penting agar orang lain mengetahui di mana letak
fokus si pemusik. "Seandainya saya dulu tidak konsisten, mungkin orang
akan bingung ketika ditanya Eka itu siapa. Apakah si Eka yang menjual
bakmi, bisnis MLM, atau apa? Di sini lah letak perlunya konsistensi."
Konsistensi
erat hubungannya dengan sikap pantang menyerah. Eka mengatakan bahwa
seseorang harus melewati masa-masa ketika ia tidak dikenal sama sekali.
"Saya pun juga memulai dari nol," kata Eka yang konsistensinya kini
berbuah banjir proyek audio dari klien, mulai dari membuat jingle hingga
mencipta lagu.
Daftar klien Eka mencakup perusahaan-perusahaan
perbankan, rumah sakit, hingga semua stasiun televisi nasional
Indonesia. "Jujur saja, saat ini pun saya masih berjuang dan belum
menganggap diri sukses," ujar dia.
3. Terus berkembang
Hal selanjutnya yang menjadi kunci adalah kemauan untuk terus berinovasi, belajar dan berkembang tanpa henti.
"Jangan
lewatkan satu hari pun tanpa ada hal baru yang kita pelajari, karena
setiap hari ada ratusan orang lain yang belajar. Kalau kita berhenti
belajar, kita akan segera tertinggal dari mereka," ucap Eka.
Soal
inovasi mendapat penekanan darinya, karena, menurut Eka, seorang musisi
harus berpikir secara "out of the box". "Jadi, jangan kaku, jangan
itu-itu saja. Terus coba hal-hal baru."
Berkembang di sini
termasuk memperluas jaringan pertemanan atau networking. Untuk profesi
atau bidang apapun, tak terkecuali musik, membangun relasi adalah hal
yang sangat penting.
"Relasi itu akan membantu kita untuk maju, jadi sebaiknya dibangun seluas-luasnya," imbuh Eka.
4. Diam dan buktikan
Tantangan
lain yang mungkin dihadapi sesorang yang akan berkiprah di bidang musik
atau seni adalah tentangan dari orang-orang terdekat yang kurang
percaya dengan prospek masa depan profesi tersebut.
Eka
mencontohkan saat-saat ketika orang tuanya kurang setuju dengan
pilihannya bermusik. "Namun saya berhasil meyakinkan mereka agar memberi
saya waktu selama 4 tahun, mulai dari ketika itu, tahun 2007," katanya.
Ketimbang
mencoba mengubah pola pikir orang lain tentang sesuatu hal yang sudah
terbentuk -misalnya pandangan mengenai profesi seni tadi-, Eka memiliki
prinsip sendiri. "Buat saya, lebih baik diam dan buktikan saja."
Bonus: Pemerataan Internet
Di
luar tips-tips di atas, Eka menitipkan pesan untuk pemerintah
Indonesia. Dia menyoroti akses jaringan internet yang belum merata di
seluruh wilayah Tanah Air.
"Video-video viral semacam speech composing
Arya Wiguna atau Jeremy Teti itu hanya menyebar di kalangan penduduk
kota besar yang punya akses. Pernahkah terpikirkan masyarakat pedesaan
yang tak bisa menjangkau internet, yang bahkan harus ke kantor kelurahan
untuk sekedar menonton YouTube?" tanya Eka.
Padahal, akses
internet bisa membantu menunjang dan mempermudah kehidupan banyak orang.
Dia sendiri mengaku sangat terbantu dalam karirnya bermusik karena kini
cukup mengirimkan file pesanan klien lewat layanan-layanan online macam
Dropbox atau Google Drive, ketimbang melalui paket pos.
Kalau dulu proses pengiriman ke klien hingga memperoleh feedback sampai memakan waktu berhari-hari, kini berkat jaringan internet bisa diselesaikan dalam hitungan menit.
Masalah
pemerataan inilah yang menurut Eka harus menjadi salah satu fokus
pemerintah Indonesia di masa yang akan datang. "Di Indonesia masih
banyak yang belum melek internet… saya harap pemerintah nanti bakal
memikirkan itu," pungkasnya.
Advertisement